Rabu, 20 Juni 2012

INZhope

Sebenarnya

Menurut pandangan sendiripun aku termasuk kategori anak yang masih kurang berbakti, bahkan cenderung tidak berbakti. Setiap hari, setiap menit, bahkan setiap detikpun selalu terlontar bantahan akan nasehat mama terhadapku. Dalam kekhilafanku aku tersadar, aku tahu ini salah, aku tahu itu salah, namun egoku ternyata lebih besar daripada kesadaranku. Aku masih saja membuat kekecewaan di hatinya. Ucapanku yang tak mengenakan hatinya, keegoisanku yang selalu membebaninya,  ketidakdewasaanku yang selalu dipikirkannya semakin menenggelamkan ia dalam suatu kerutan. "Maafkan aku mama :(" Sebenarnya aku tak pernah sengaja melakukan hal itu padamu, sebenarnya aku ingin melihat senyum manismu terlihat kembali menghiasi wajah cantikmu. Wajah yang selalu kau perlihatkan sewaktu aku masih berada dalam pangkuanmu dan ayunanmu 20 tahun lalu. Aku rindu itu. Aku bahkan tak pernah tahu apa yang seharusnya aku lakukan sekarang. Aku hanya merasa penuh dosa padamu. Andai waktu bisa ku putar kembali, mungkin akan kuperbaiki semua penyesalan ini. Namun aku tersadar, inilah hidup. Penyesalan adalah sebuah teguran indah yang Allah berikan kepada hambaNya. Aku tak boleh berlarut dalam sebuah penyesalan dan kekalutan hidup. Banyak hal yang bisa aku lakukan untuk membuatnya tersenyum kembali :). Yah, sebenarnya harapanku saat ini hanya satu "I can make you smile again :)". Aku tak akan pernah berhenti dan menyerah agar harapan itu terkabul. Ikhtiar dan do'a akan selalu menguatkanku. Aku tak akan pernah berhenti mendo'akanmu dalam setiap sujudku. Now, tomorow, and beyond "I will always make you smile :)"
I miss you forever :*

Rabu, 14 Maret 2012

INZsong

Thank You For Everything

Tantangan dan rintangan berpuncak disini
Kita lelah berkeringat untuk skripsi
Kita fokus dan berfikir untuk komprehensif
Egoku dan harapan mereka bertumpu disini

Karenanya kita berputus asa setiap hari
Ujian demi ujian datang silih berganti
Rasa malas, tidak fokus, tak hentinya menghampiri
Namun harapan dan doa mereka slalu jadi motivasi

I love you my famz
I love you my friends
Thank you for everything
You always give me support
And make me strong

I love you my famz
I love you my friends
Thank you for everything
You always give me happy
And make me smile

Mungkin ini cerita mahasiswa tingkat akhir
Yang selalu penuh keluhan dan tekanan
Namun hal itu bukan masalah untuk diriku
Doa dan support mereka tlah buatku tersenyum kembali

I love you my famz
I love you my friends
Thank you for everything
You always give me support
And make me strong

I love you my famz
I love you my friends
Thank you for everything
You always give me happy
And make me smile


Alhamdulillah,, I give thanks to Allah only.. :-)
I dedicate this song to the people around me who are always there,, always encouraging me,, and always made me smile.. :-D
Thank you.. ^^
I love you guys.
. :-*

Minggu, 29 Januari 2012

INZcollections


New Collections.. :) [Tempat Pensil + Tempat Handphone Sulaman]
Bagi temen-temen yang suka sama hasil inspirasi saya,, kalian juga bisa memilikinya..
[promosi]
hehe..

INZheartscream

Hard To Believe

At first I so believe you. Believe the things you say. Believing every promise as you say. Either because I'm too stupid or I love you too. I ignored all the words of my friends. And it's all I do is just to help you. Apparently the love and affection has blinded my mind. It never occurred to me to make you feel alone. Any problems that you face always made ​​me be there. Today, I'm willing to sacrifice my time just to help you work on your thesis. I left my job to make your job all. I left my activities for the sake of thinking about your activities. And now I know, there are people who are entitled to help you than me. That is your girlfriend. People who actually exists in your mind.

Apparently I was so naive. I too looked at you as a good person. You came to me with great hope. Hoping I can help you. You undermine me with your smile. Now the smile had been hurt me. You have successfully made ​​me think about you again You never think about my feelings to you.

When all of my help has helped you. During that time, you go left and ignore all of your promise to me. Your attitude really made ​​me disappointed. Now you're back to happy with her without you care about how I feel today. It's hard to believe. You could do all this to me. But I never regretted all my help for you. Because I love you so sincere. I sincerely do everything, just because of Allah. I'm sure Allah will provide what is best for me, though not necessarily with you. And I'm sure, Allah will provide what is best for you, too. And remember, every action there must be a return later.


Someday, you'll definitely feel what I feel now.
Allah is fair. :)

Senin, 02 Januari 2012

INZkacobalo

Semua Ta Lagi Ada

ingin rasanya ku berlari ke pantai,, akan ku angkat tubuh ini lalu aku lemparkan ke tengah laut.. agar aku bisa melenyapkan dan menenggelamkan semua kekalutanku..
aku lelah dengan semua ini,, kepenatan yang selalu singgah dalam benak,, enggan pergi dan selalu kembali..
ada kalanya aku merasa lebih baik saat itu,, namun bayangmu selalu membawaku ke dalam sebuah angan yang begitu menyesakkan jiwa..
aku menangis,, ta henti-hentinya ku teteskan air mataku hanya untuk mengingatmu..
aku tahu aku hanya manusia bodoh yang begitu lemah dan ta berdaya ketika aku harus mengalihkan semua pikiran dan ingatanku hanya untuk dirimu..
andai kau tahu semua rasa yang kumiliki atas dirimu,, andai kau rasa semua asa dalam hatiku,, mungkin kau kini akan tersenyum bahagia bersamaku..

ketika malam menjelma,, entah kenapa tanpa disadari memoriku telah penuh dengan kenangan indah bersamamu..
terkadang aku tersadar,, aku seperti seorang pemimpi yang ta pernah berani bangun dari mimpi..
aku terlalu mngikuti keegoisan dalam diri,, tanpa mngingat kembali harapan dan masa depan apa yang terbaik untukku nanti..
aku bagai pecundang yang terperosok dalam angan-angan ketidakpastian..
harusnya saat ini aku bisa bangun dan kembali berdiri tegak,, menatap masa depan yang akan membawaku kepada kebahagiaan..
tapi kenapa keinginan hati ta pernah mau mengalah untuk bisa mendapatkanmu kembali..
apakah aku terlalu bodoh? mungkinkah aku terlalu naif? begitu sesak yang kini kurasa..
kau hanyutkan aku dalam himpunan air mata,, kau bawa aku dalam kegalauan yang begitu menyiksa diri,, hingga kau tampar aku dengan tiadanya kabar tentang dirimu..
penuh tanda tanya besar dalam otakku saat itu,, apa yang sebenarnya terjadi pada dirimu..

aku ta tahu apa yang harus aku lakukan dengan keadaan ini..
kebimbangan dalam hatiku kini semakin menjadi,, ia mencari celah di setiap pikiranku..
ta ada respon positif yang aku tunjukkan untuk masa depanku,, semuanya aku abaikan hanya untuk mengingat dan mengenangmu..
kau telah sukses kacaukan pikiranku..
ta pernah kurasakan lagi indahnya dunia,, ta pernah kulihat lagi senyum dan tawa ceriaku sendiri..
bernafaspun aku ta lega,, setiap nafas yang aku hembuskan,, seakan penuh beban dan pikulan..
hmph..
terlalu banyak desahan nafas yang aku bunyikan di setiap detiknya,, terlalu banyak keluhan hidup yang aku katakan di setiap detiknya,, hingga hal itu menenggelamkanku dalam keterpurukan diri..
semangat dalam diriku seakan hilang tertelan bumi,, keceriaanku seakan hilang terhempas ombak,, aku.. aku.. aku ta tau lagi siapa diriku..
sosokku ta lagi ada..
senyumku ta lagi ada..
semua ta lagi ada..

semua ta lagi ada.. :’(

Selasa, 20 Desember 2011

INZstory 2


Renungan Akhir Tahun

Seorang pejabat keluar dari sebuah hotel mewah. Ia baru saja menyelenggarakan seminar dan malam amal untuk mencari dana bagi anak-anak miskin yang berkeliaran di jalan. Ketika akan masuk ke mobil mewahnya, seorang anak jalanan mendekatinya dan merengek, ”Pak, minta uang sekadarnya. Sudah dua hari saya tidak makan.” Pejabat itu terkejut dan melompat menjauhi anak itu. ”Dasar anak keparat yang tak tahu diri!” teriaknya. ”Tak tahukah kamu bahwa sepanjang hari saya sudah bekerja sangat keras untukmu?
Pembaca yang budiman, kalau Anda ingin melakukan renungan di penghujung tahun ini, saya anjurkan Anda untuk merenungkan satu hal saja: ”Seberapa besar tingkat kepedulian Anda kepada sesama?” Dari skala 1 (sangat buruk) sampai dengan 5 (sangat baik), dimanakah posisi Anda? Jawabannya tak perlu Anda kemukakan, tapi cukup disimpan untuk diri Anda sendiri.
Mengapa saya menganjurkan Anda melakukan hal ini? Ini tak lain untuk kepentingan diri Anda sendiri. Selama Anda masih berkutat dengan diri sendiri, selama itu pula jiwa Anda tak akan pernah tumbuh. Kita hanya akan mengalami transformasi yang luar biasa begitu kita mulai memikirkan orang lain. Seorang pengarang, Joseph Campbell, mengatakan, ”Pada saat kita berhenti berpikir tentang diri kita sendiri, kita sebenarnya tengah mengalami perubahan hati nurani yang sungguh heroik.”
Hal ini mudah diucapkan tetapi amat sulit dilakukan. Para politisi kita amat royal melontarkan kata-kata ”demi kepentingan rakyat.” Seorang pejabat yang mengaku paling dekat dengan wong cilik kenyataannya malah menyakiti hati rakyat dengan tanpa malu-malu menghadiahkan dirinya sendiri rumah senilai 20 miliar. Para politisi lain juga tanpa malu -malu berlomba-lomba meluncurkan buku biografi politik yang dipenuhi kata-kata ”demi kepentingan rakyat.” Buku-buku biografi semacam ini sebenarnya merupakan ”pelecehan intelektual” belaka. Kenyataannya, amat sulit bagi kita menemukan kontribusi mereka bagi orang banyak.
Memikirkan orang lain memang sangat sulit dilakukan, apalagi di zaman sekarang. Setiap hari kita disibukkan dengan pekerjaan yang tak habis-habisnya. Namun sekadar memperhatikan diri Anda sendiri akan menghasilkan kesulitan yang cukup serius dalam jangka panjang. Anda akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan spiritual Anda. Banyak orang yang beranggapan bahwa hal ini adalah kewajiban. Mereka salah besar! Memperhatikan orang lain adalah kebutuhan Anda untuk menikmati hidup yang penuh makna. Memperhatikan orang lain adalah cara terbaik untuk mencapai hakikat kemanusiaan yang sejati.
Seorang filsuf terkemuka pernah mengatakan, ”Manusia dilahirkan dalam kondisi telanjang, dan ketika meninggal ia dibungkus kain kafan. Apakah hanya itu keuntungan yang ia dapatkan sepanjang hidupnya?” Sayangnya dunia kita sekarang telah begitu materialistisnya, sehingga banyak orang beranggapan bahwa perhatian tersebut bisa digantikan dengan uang. Padahal walaupun uang memang penting, ia tak akan pernah dapat menggantikan perhatian, pengertian, kehadiran dan kasih sayang.
Betapa banyak contoh yang bisa kita ambil dari kehidupan kita sehari-hari. Banyak anak yang tumbuh tanpa perhatian yang semestinya dari orang tua mereka. Banyak orang tua yang berdalih bahwa quality time jauh lebih penting ketimbang quantity time. Padahal, kasih sayang dan pengertian hanya akan terbina melalui proses yang perlahan-lahan dan membutuhkan banyak waktu. Betapa banyak para profesional yang cukup puas dengan memberikan sejumlah uang kepada orang tua mereka tanpa pernah mau tahu mengenai keadaan mereka yang sesungguhnya. Orang-orang seperti ini telah salah kaprah dalam memahami hidup seolah-olah segala sesuatunya bisa dibeli dengan uang.
Kahlil Gibran pernah mengatakan, ”Bila engkau memberi dari hartamu, tiada banyaklah pemberian itu. Bila engkau memberi dari dirimu itulah pemberian yang penuh arti.” Memberi tidak harus bernuansa materi. Bahkan memberikan perhatian sebenarnya jauh lebih berarti ketimbang memberikan materi yang sifatnya amat terbatas.
Cara menunjukkan kepedulian kita adalah dengan mendengarkan. Seorang anak pernah mengungkapkannya dengan sangat baik, ”Di masa pertumbuhanku, ayahku selalu menghentikan apa yang sedang dia kerjakan dan mendengarkanku saat aku begitu bersemangat menceritakan apa yang telah aku alami seharian.” Mendengarkan dengan benar adalah melupakan diri sendiri dan memberikan perhatian lahir dan batin yang tulus. Dengan mendengarkan kita dapat menangkap bukan hanya apa yang dikatakan tetapi juga apa yang dirasakan.
Mendengarkan amat penting untuk bisa memberikan sesuatu yang benar-benar dibutuhkan orang lain, bahkan sekalipun mereka tidak mengatakannya. Kahlil Gibran pernah mengatakan, ”Adalah baik untuk memberi ketika diminta, tapi jauh lebih baik lagi jika memberi tanpa harus diminta.”

Sumber: Sebuah Renungan Akhir Tahun oleh Arvan Pradiansyah,
direktur pengelola Institute for Leadership & Life Management (ILM) dan pengarang buku Life is Beautiful

Mari kita samasama belajar untuk lebih peduli sesama..^^
Bismillah.. :)
Semoga ridho Alloh senantiasa bersama kita,, Aamiin.. :-)

Minggu, 18 Desember 2011

INZstory

Guru Dan Semangatnya

Menjadi guru, bukanlah pekerjaan mudah. Didalamnya, dituntut pengabdian, dan
juga ketekunan. Harus ada pula kesabaran, dan welas asih dalam menyampaikan
pelajaran. Sebab, sejatinya, guru bukan hanya mendidik, tapi juga mengajarkan.
Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya.
Menjadi guru juga bukan sesuatu yang gampang. Apalagi, menjadi guru bagi
anak-anak yang mempunyai “keistimewaan”. Dan saya, merasa beruntung sekali dapat
menjadi guru mereka, walau cuma dalam beberapa jam saja. Ada kenikmatan
tersendiri, berada di tengah anak-anak dengan latar belakang Cerebral Palsy
(sindroma gangguan otak belakang).
Suatu ketika, saya diminta untuk mendampingi seorang guru, di sebuah kelas
khusus bagi penyandang cacat. Kelas itu, disebut dengan kelas persiapan, sebuah
kelas yang berada dalam tingkatan awal di YPAC Jakarta. Lazimnya, anak-anak
disana berumur antara 9-12 tahun, tapi kemampuan mereka setara dengan anak
berusia 4-5 tahun, atau kelas 0 kecil.
Saat hadir disana, kelas tampak ramai. Mereka rupanya sedang bermain susun
bentuk dan warna. Ada teriak-teriakan ganjil yang parau, dan hentakan-hentakan
kepala yang konstan dari mereka. Ada pula tangan-tangan yang kaku, yang sedang
menyusun keping-keping diagram. Disana-sini terserak mainan kayu dan plastik.
Riuh. Bangku-bangku khusus berderak-derak, bergesek dengan kursi roda sebagian
anak yang beradu dengan lantai.
Saya merasa canggung dengan semua itu. Namun, perasaan itu hilang, saat melihat
seorang guru yang tampak begitu telaten menemani anak-anak disana. “Mari masuk,
duduk sini dekat Si Abang, dia makin pinter lho bikin huruf,” begitu panggilnya
kepada saya. Saya berjalan, melewati anak-anak yang masih sibuk dengan tugas
mereka. Ah benar saja, si Abang, anak berusia 11 tahun yang mengalami Cerebral
Palsy dengan pembesaran kepala itu, tampak tersenyum kepada saya. Badannya
melonjak-lonjak, tangannya memanggil-manggil seakan ingin pamer dengan
kepandaiannya menyusun huruf.
Subhanallah, si Abang kembali melonjak-lonjak. Saya kaget. Saya tersenyum. Dia
tergelak tertawa. Tak lama, kami pun mulai akrab. Dia tak malu lagi dibantu
menyusun angka dan huruf. Susun-tempel-susun-tempel, begitu yang kami lakukan.
Ah, saya mulai menikmati pekerjaan ini. Dia pun kini tampak bergayut di tangan
saya. Tanpa terasa, saya mengelus kepalanya dan mendekatkannya ke dada. Terasa
damai dan hangat.
Sementara di sudut lain, sang Ibu guru tetap sabar sekali menemani semua anak
disana. Dituntunnya tangan anak-anak itu untuk meniti susunan-susunan gambar.
Dibimbingnya setiap jemari dengan tekun, sambil sesekali mengajak mereka
tersenyum. Tangannya tak henti mengusap lembut ujung-ujung jemari lemah itu.
Namun, tak pernah ada keluh, dan marah yang saya dengar.
Waktu berjalan begitu cepat. Dan kini, waktunya untuk pulang. Setelah
membereskan beberapa permainan, anak-anak pun bersiap di bangku masing-masing.
Dduh, damai sekali melihat anak-anak itu bersiap dengan posisi serapih-rapihnya.
Tangan yang bersedekap diatas meja, dan tatapan polos kearah depan, saya yakin,
membuat setiap orang tersenyum. Ibu guru pun mulai memimpin doa, memimpin setiap
anak untuk mengatupkan mata dan memanjatkan harap kepada Tuhan.
Damai. Damai sekali mata-mata yang mengatup itu. Teduh. Teduh sekali melihat
mata mereka semua terpejam. Empat jam sudah saya bersama “malaikat-malaikat”
kecil itu. Lelah dan penat yang saya rasakan, tampak tak berarti dibanding
dengan pengalaman batin yang saya alami. Kini, mereka bergerak, berbaris menuju
pintu keluar. Tampak satu persatu kursi roda bergerak menuju ke arah saya.
Ddduh, ada apa ini?
Lagi-lagi saya terharu. Setibanya di depan saya, mereka semua terdiam,
mengisyaratkan untuk mencium tangan. Ya, mereka mencium tangan saya, sambil
berkata, “Selamat siang Pak Guru..” Ah, perkataan yang tulus yang membuat saya
melambung. Pak guru…Pak Guru, begitu ucap mereka satu persatu. Kursi roda
mereka berderak-derak setiap kali mereka mengayuhnya menuju ke arah saya.
Derak-derak itu kembali membuat saya terharu, membayangkan usaha mereka untuk
sekedar mencium tangan saya.
Anak yang terakhir telah mencium tangan saya. Kini, tatapan saya bergerak ke
samping, ke arah punggung anak-anak yang berjalan ke pintu keluar. Dalam diam
saya berucap, “..selamat jalan anak-anak, selamat jalan malaikat-malaikat
kecilku…” Saya membiarkan airmata yang menetes di sela-sela kelopak. Saya
biarkan bulir itu jatuh, untuk melukiskan perasaan haru dan bangga saya. Bangga
kepada perjuangan mereka, dan juga haru pada semangat yang mereka punya.
***
Teman, menjadi guru bukan pekerjaan mentereng. Menjadi guru juga bukan pekerjaan
yang gemerlap. Tak ada kerlap-kerlip lampu sorot yang memancar, juga
pendar-pendar cahaya setiap kali guru-guru itu sedang membaktikan diri. Sebab
mereka memang bukan para pesohor, bukan pula bintang panggung.
Namun, ada sesuatu yang mulia disana. Pada guru lah ada kerlap-kerlip cahaya
kebajikan dalam setiap nilai yang mereka ajarkan. Lewat guru lah memancar
pendar-pendar sinar keikhlasan dan ketulusan pada kerja yang mereka lakukan.
Merekalah sumber cahaya-cahaya itu, yang menyinari setiap hati anak-anak didik
mereka.
Dari gurulah kita belajar mengeja kata dan kalimat. Pada gurulah kita belajar
lamat-lamat bahasa dunia. Lewat guru, kita belajar budi pekerti, belajar
mengasah hati, dan menyelami nurani. Lewat guru pula kita mengerti tentang
banyak hal-hal yang tak kita pahami sebelumnya. Tak berlebihankah jika kita
menyebutnya sebagai pekerjaan yang mulia?
Teman, jika ingin merasakan pengalaman batin yang berbeda, cobalah menjadi guru.
Rasakan kenikmatan saat setiap anak-anak itu memanggil Anda dengan sebutan itu,
dan biarkan mata penuh perhatian itu memenuhi hati Anda. Ada sesuatu yang
berbeda disana. Cobalah. Rasakan.


I love my teacher.. :)